Saya rasa banyak jumlah orang yang memilih menonton film sebagai hobi mereka. Tetapi, sayangnya, tidak semua orang tahu bahwa membuat film adalah sebuah proses yang (amat) panjang. Dalam proses tersebut, tidak hanya para aktor/aktris saja yang terlibat, tetapi banyak profesi dibalik layar yang saling bahu membahu sesuai tugas dan fungsinya masing-masing demi keberhasilan dan kesuksesan sebuah film yang memiliki banyak parameter, bukan hanya masalah apakah cerita film tersebut kuat atau tidak, efek yang dipakai dahsyat atau tidak, tetapi hingga ke masalah publikasi sebuah hasil film. Lagi-lagi, sayangnya, tidak banyak orang tahu profesi-profesi tersebut. Kebanyakan orang dari kita langsung keluar bioskop saat creditditayangkan atau mematikan DVD player mereka ketika bagian credit muncul. Padahal, di bagian credit-lah apresiasi terhadap banyak nama yang ada di balik sebuah film dijunjung dengan tingginya.
Bahasan ini akan mengulas atau setidaknya membahas sekilas beberapa profesi vital dalam film. Dikatakan vital, sebenarnya tidak benar juga, karena seluruh profesi dalam film demikian vitalnya dalam mendukung keberhasilan sebuah film. Sebagai informasi, dalam pembagian periode pembuatan film, dikenal istilah praproduksi, produksi, dan pascaproduksi.
- PRAPRODUKSI
1. Produser
Produser merupakan orang yang paling bertanggung jawab atas kelahiran sebuah film. Seorang produser adalah sosok sentral yang men-drive terjadinya sebuah produksi film. Banyak salah kaprah yang mengatakan bahwa produser adalah yang melakukan pendanaan sebuah film. Well, yang dimaksud itu bukan produser, tetapi executive produser yang tidak dibahas di sini. Produser memiliki modal berupa visi untuk memutuskan apakah sebuah cerita layak dikembangkan menjadi sbeuah film atau tidak. Dengan modal itu lah, seorang produser mampu melihat film yang sedang ia tangani, jauh sebelum film itu sendiri selesai.
Kerja produser yang lain adalah: mengelola keuangan, mencari dana, berbicara dengan calon investor, menyatukan sejumlah orang yang diperlukan demi terjadinya sebuah film dan memastika mereka dapat bersatu-padu demi terwujudnya sebuah judul film. Di Indonesia, umumnya ada istilah produser dagang dan produser sineas. Perbedaannya adalah pada visi yang mereka bawa, pada produser dagang, mereka melihat sebuah film sebagai karya komersial semata tanpa mengindahkan nilai-nilai lain yang juga ada dalam film, maka muncullah film-film bertema seks, horor-yang-bodoh, dan segala tindakan pembodohan masyarakat lainnya. Produser sineas adalah mereka yang memiliki idealisme dan menanamkannya dalam film yang mereka bawa. Mira Lesmana dan Nia Dinata adalah contoh produser sineas di Indonesia.
2. Sutradara
Profesi ini dianggap prestise di kalangan profesi-balik-layar sebuah film. Dan salah kaprah yang sering terjadi adalah kerjaan sutradara hanya sebatas action and cut. -_- Padahal, menjadi sutradara berarti memiliki ketajaman visi agar dapat menghidupkan apa yang sudah tertulis di skenario menjadi hasil cetak layar lebar. Sutradara juga harus mengontrol sisi artistik dan dramatik selama proses produksi berlangsung. Belum lagi, tambahan kemampuan untuk mengarahkan seluruh kru (bukan hanya pemain) untuk bisa mewujudkan satu judul film.
3. Penulis Skenario
Peran penulis skenario sangat penting. Ia, bisa dibilang, adalah sosok yang menghasilkan blue printyang berfungsi sebagai bahan dasar pembuatan sebuah film yang utuh. Pada umumnya, di tahap awal praproduksi, produser, sutradara, dan penulis skenario bekerja bareng menentukan arah film yang akan mereka buat dalam sebuah triangle system. Penulis skenario juga harus mampu menghasilkan cerita yang jelas dan meyakinkan. Menciptakan karakter yang bernyawa, tegas penggambarannya, dan unik, lalu meramu semua ini ke sebuah skenario/naskah. Inilah yang nantinya “dihidupkan” ke dalam medium film dengan harapan film itu bisa menghanyutkan perasaan penonton dalam permainan emosi yang dibuatnya.
- PRODUKSI
1. Produser Pelaksana (Line Producer)
Kaau tadi kita mengenal produser, sekarang produser pelaksana, apa bedanya? Sederhananya, tugas produser pelaksana adalah mengelola anggaran pembuatan sebuah film. Semua urusan operasional produksi dari hari ke hari menjadi tanggung jawabnya. Termasuk, penyusunanschedule, supervisi pencarian lokasi beserta penyelesaian urusan administrasi, supervisi laporan harian, supervisi penyewaan alat, transportasi, dan akomodasi, juga membantu produser dalam proses penyusunan dan perekrutan kru (bahkan, termasuk pawang hujan ;)).
2. Penata Kamera (Director of Photography (DOP))
Dalam setiap pembuatan film, tentu ada seorang DOP yang berpartner dengan sutradara dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan pengambilan gambar sebuah film. Hal yang penting diketahui seorang DOP adalah cerita film yang akan dibuat, sedangkan penguasaan alat tidak menjadi prioritas. Selain itu, DOP juga harus mempunyai kemampuan manajerial, kemampuan networking, dan komunikasi. Jelaslah, di sini, DOP berbeda dengan kameramen, dalam hal tanggung jawab yang lebih luas dalam urusan pengambilan gambar.
3. Penata Artistik (Art Director)
Bekerja bersama dengan sutradara dan DOP, penata artistik dan timnya bertugas untuk menciptakan konsep visual sebuah film dalam bentuk properti dan set. Contoh sederhananya adalah di film cin(T)a terdapat poster bertuliskan “WHY?” yang tertempel di muka luar pintu kamar tidur sang tokoh utama. Poster tersebut bukan hanya sekadar tempelan semata, tetapi salah satu tugas penata artistik agar keberadaan poster tersebut dapat menjadi salah satu unsur yang memperkuat cerita.
4. Penata Kostum & Penata Rias (Wardrobe Stylist & Make Up Artist)
Tiap kali seorang aktor/aktris berakting di depan kamera, ada tim yang memikirkan penampilan mereka dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tim inilah yang disebut penata kostum & penata rias. Profesi ini sangat berhubungan erat dengan departemen artistik, kamera, dan sutradara. Untuk membuat penampilan sang tokoh berkarakter, maka mereka juga harus memahami cerita dari film yang dibuat karena tugas mereka untuk menghidupkan karakter.
- PASCAPRODUKSI
1. Editor
Editor/penyunting merupakan orang yang menjadi penonton pertama sebuah film sebelum di rilis. Mereka bekerja di kegelapan ruang ber-AC yang disebut ruang penyuntingan. Mereka harus menyusun gambar yang telah diambil pada fase produksi dan menjadikannya sebuah rangkaian cerita yang runtun dan biisa diikuti dan dinikmati oleh penonton. Yang paling penting, seorang editor harus memiliki kemampuan bercerita yang ternyata jauh lebih penting daripada kemampuan teknis komputer. Mungkin banyak yang menyangka bahwa menjadi editor semudah menyusun puzzle, tetapi sebenarnya yang diasah bukanlah sekadar kemampuan merangkai gambar, tetapi lebih kepada apa yang disebut sense editing yang akan semakin terasa seiring pengalaman yang ada.
2. Penata Suara (Sound Designer/Supervisor, Sound Recorder) & Penata Musik (Film Composer/Illustrator)
Suara (sound) adalah bagian yang kerap diabaikan dalam produksi film di Indonesia, padahal film merupakan media audio-visual yang juga perlu memerlukan perhatian untuk unsur suara. Penata suara bertugas menyunting suara dan menciptakan efek suara yang diperlukan untuk setiap adegan. Sedangkan, penata musik bertugas untuk menciptakan komposisi musik sebagai bagian dari penceritaan sebuah film.
Tahap Pemutaran:
3. Publisis
3. Publisis
Profesi ini layak dipertimbangkan bagi mereka yang mencintai film dan paham media. Publikasi film memerlukan strategi komunikasi, bukan pada promosi yang lebih kepada kegiatan memasang iklan sebanyak-banyaknya di media. Tetapi yang perlu diingat, publikasi sebaik apapun tidak akan dapat menyelamatkan sebuah film yang memang sudah jelek sejak awal.
Sebenarnya, masih banyak lagi hal teknis lain terkait proses pembuatan film, namun saya rasa, informasi di atas sudah cukup untuk menambah pengetahuan orang awam atas apa yang terjadi di dapur sebuah produksi film. Yang perlu dicatat, pembagian ketiga kategori di atas menjadi praproduksi, produksi, dan pascaproduksi adalah merupakan alasan praktis semata. Dalam penerapannya, setiap profesi bekerja secara berkesinambungan tanpa mengenal batas. Misalnya, produser bekerja dari awal praproduksi (masa development) hingga akhir pascaproduksi, atau publisis sesungguhnya sudah mulai bekerja saat tahap produksi dieksekusi.
Sumber:www.Google.com
0 komentar:
Post a Comment